Minggu, 30 Desember 2007

Tipuan Pendeta Rudy Muhamad Nurdin

Pendeta Rudy Muhamad Nurdin memang nekat. Sebagai pendeta dan dosen di Sekolah Tinggi Teologi, Rudy mengaku muslim. Pengakuan Pendeta Gereja Kristen Maranatha Indonesia (GKMI) Rawamangun, Jakarta Timur ini, muncul dalam tulisan berjudul : Keselamatan untuk Akhir Hayat halaman 2.

Ternyata, pengakuan ini hanya tipuan untuk mengelabui pembaca. Pada buku yang sama halaman 41, tulisan pendeta yang biasa disapa Nurdin ini, terungkap kedoknya. Menurutnya, syarat masuk Islam bukan ikrar dua kalimat syahadat, menjalankan rukun Islam dan rukun Iman, tapi memperoleh "Urapan wahyu Ruhul Kudus".

Meskti tak paham bahasa arab, Nurdin nekat menulis belasan buku dengan judul bahasa Arab dan Indonesia. Akibatnya, semua tulisannya menyalahi kaidah bahasa Arab. Misalnya, Kebenaran yang benar ditulis dengan bahsa Arab ash-Shodiq al-Mashduuq. Padahal ash-Shodiq al-Mashduuq berarti orang jujur yang dibenarkan.

Buku Keselamatan untuk Akhir Hayat oleh Nurdin diterjemahkan menjadi Salaamatul Akhirotul Khoyat. Dalam bahasa Arab, kalimat Salaamatul Akhirotul Khoyat ini tak bisa dipahami sama sekali. Seharusnya judul yang benar adalah as-Salaamah li-Aakhiratil Hayat.

Selain itu, Nurdin juga menulis sejarah Rasulullah saw tanpa data dan literatur valid. Dalam tulisannya, ia menyatakan, Nabi Muhammad sebelum menjadi Nabi, belajar (kursus) Bibel (Taurat dan Injil) pada Siti Khadijah sampai hapal ayat-ayat Taurat dan Injil (Ayat-ayat Penting di Dalam Al-Qur'an, halaman 59).

Nurdin juga menulis, Nabi menikahi wanita Kristen dengan tata cara Kristen, dipimpin oleh penghulu beragama kristen, dibacakan khutbah nikah dari ayat-ayat Bibel, dan mendapat kado Alkitab (Ayat-ayat Penting di Dalam Al-Qur'an, halaman 68; Keselamatan di dalam Islam halaman 24,53). Ia juga menulis, sebelum menjadi Nabi, Muhammad beribadah secara kristen selama 15 tahun (Keselamatan di Dalam Islam, halaman 35).

Pendeta Nurdin juga memanipulasi ayat-ayat al-Qur'an dengan mengganti lafadz Allah menjadi lafadz Taurat dan Injil Isa. Kata ganti Allah diganti dengan kata Nabi Isa. Lafadz al-Qur'an diganti dengan lafadz Alkitab atau Bibel. Lafadz Sunnah Rasul diganti menjadi Kisah Para Rasul (nama salah satu kitab dalam Bibel), dan lainnya.

Kesalahan yang selalu diulang Pendeta GMKI ini adalah salah kaprah dalam memaknai kata "Alkitab" dan "Kitabullah". Menurut Nurdin, Alkitab atau Kitabullah yang dimaksud al-Qur'an dan Hadits adalah Alkitab (Bibel). Karenanya, semua kata Alkitab dan Kitabullah diubah menjadi Alkitab dan ditulis dengan huruf besar (kapital).

"Kitab (al-Qur'an ini) diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi maha Bijaksana. Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (al-Qur'an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya," (QS az-Zumar:1-2).

Ayat ini diubah oleh Nurdin menjadi : "Kitab (Alkitab) diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya KAMI menurunkan kepadamu Kitab (Alkitab) dengan menbawa KEBENARAN. Maka sembahlah ALLAH dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya" (Kebenaran Yang benar, halaman 92).

Contoh manipulasi lainnya, "Kutinggalkan untuk kamu dua perkara, tidaklah kamu akan tersesat selama-lamanya, selama kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya," (HR Malik). Oleh Nurdin, diubah menjadi "Kutinggalkan untuk kamu dua perkara, tidaklah kamu akan tersesat selama-lamanya, selama kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu Alkitab dan Sunnah Rasul-Nya (Kisah para Rasul Alkitab)," (Ayat-ayat Penting di dalam Al-Qur'an, halaman 3).

Memang, dalam al-qur'an banyak disebut kata "Alkitab", antara lain al-Qur'an yang berarti bacaan (QS al-QiyamahL17-19, al-Isra:88). Alkitab yang ebrarti Kitabullah atau kitabnya Allah (QS al-Baqarah:2, az-Zumar:41). Al-Furqab yang berarti pembeda (QS al-Furqan:1, Ali Imran:4). Adz-Dzikr yang berarti peringatan (QS al-Hijr:9, an-Naml:44). Asy-Syifa yang berarti obat (QS Yunus:57, Fushshilat:44). Al-Huda yang berarti petunjuk (QS Fushshilat:44, al-Mursalat:13). Al-Hikmah yang berarti kebijaksanaan (QS al-Isra:39, Luqman:2). An-Nur yang berarti cahaya (QS at-Taghabun:8) dan masih banyak lagi.

Nurdin memperalat ayat-ayat ini untuk menjustifikasi Alkitab. Padahal, kata "Alkitab" dalam al-Qur'an memiliki banyak pengertian.
Pertama, semua kitab suci yang pernah diturunkan Allah kepada para Nabi dan Rasul-Nya (QS al-Baqarah:177).
Kedua, menunjuk pada semua kitab suci yang diturunkan sebelum al-Qur'an (QS ar-Ra'd:43).
Ketiga, menunjuk pada kitab suci tertentu sebelum al-Qur;an, misalnya Taurat (QS al-Baqarah:87).
Keempat, menunjuk pada kitab suci al-Qur'an secara khusus (QS al-Caqarah:2, az-Zumar:1-2), dan lainnya.

Umat Islam mengetahui banyaknya nama - nama al-Qur'an sesuai kemuliaannya, karena Allah sendiri yang memberi nama pada kitab suci yang diturunkan-Nya itu/ Al-Qur'an adalah kitab suci yang nama dan jaminan keasliannya disebutkan secara langsung oleh Allah SWT dalam surah al-Baqarah:185 dan al-Hijr:9.

Bagaimana dengan kitab suci Kristiani?. Dalam bahasa Inggris, kitab ini disebut "The Bible". Diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi "Alkitab", tapi sebagian orang menyebut bibel. The Bible dan Alkitab, merupakan terjemahan dari "biblia". Dalam bahasa Yunani, kata ini adalah bentuk jamak yang berarti kumpulan kitab-kitab. Bentuk tunggalnya adalah "biblion" (sebuah kitab).

Karenanya, "Alkitab" (satu buah kitab) adalah penamaan yang salah kaprah. Nama yang benar adalah "al-Kutub" yang berarti kitab-kitab. Selain itu, nama "Alkitab" untuk sebutan kitab suci Kristiani ini, juga tak disebutkan secara jelas dalam Bibel. Sungguh aneh jika Tuhan tak memberi nama kitab suci-Nya. (FAKTA/SABILI)

[+/-] Selengkapnya...

Shirathal Mustaqim Versi Nasrani

Baca : Pemurtadan Mutakhir : Penyusupan Kitab Kristen di Rumah Islam
Damopoli Jasmin, Aktifis FAKTA dari Mando mewatakan gencarnya Kristenisasi di Gorontalo. Menurut Ilmu Poliitk kelahiran Bolaang Mongondow ini, misi kristen dibalut dalam kemasan Islam dan budaya lokal. Beberapa kegiatannya adalah siaran di radio berbahasa Gorontalo, kursus al-Qur'an dan penerbitan Majalah Tinelo News.

Majalah yang diterbitkan Ilomata ini memang menipu umat. Sususan redaksinya memakai nama Islam. Pemimpin Redksi : Zulkarnain, Staf Redaksi : Hasan, Ka'dua, Aminah dan Dewi. Sebagaimana umumnya selebaran gelap kristen lainnya, majalah ini juga tidak mencantumkan alamat.

Dalam menjajakan misi Kristennya, Tinelo News menyelewengkan makna Shirathal Mustaqiim dalam al-Qur'an surah al-Fatihah 6-7. Ilomata juga menerbitkan kaset, berisi tuntunan menuju Shiraatal Muataqiim berbahasa Gorontalo dalam seri "Habari Mopiyohu Piloposabewo Mayi le Yahya".

Selain itu, Tinelo menulis kuis Shiraatal Mustaqiim (Surah al-Fatihah 6-7): "Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang - orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Kita mendapat gambaran, pada zaman sebelum Muhammad saw mengajarkan Islam, sudah ada orang yang mengikuti jalan yang lurus. Mereka diberi nikmat oleh Allah dan tidak tersesat sehingga Nabi meminta petunjuk pada Allah SWT tentang jalan itu. Siapakah orang-orang yang lebih dulu mengikuti jalan itu? Jawabannya adalah Yesus Kristus (Isa Al-masih)."

Brosur Kristen "Shirathal Mustaqiim" juga memelesetkan makna ayat ini. Menurutnya, Shiraathal Mustaqiim adalah Isa anak Maryam yangharus diikuti dan ditaati, karena Injil Yohanes 14:6 menyebutkan, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Baa, kalau tidal melalui Aku." Mereka menyimpulkan, orang yang ingin selamat harus mengakui Yesus sebagai tuhan, jurus elamat dan masuk Kristen.

Bagi umat Islam, ayat ihdinas shirathal mustaqiim, shirathal ladziina an'amta 'alaihim (Tunjukilah kami jalan yag lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka), merujuk pada para Nabi, shidiqin (orang-orang jujur) dan para syuhada (syahid membela agama). Maka, jalan yang lurus bagi orang yang hidup sesudah para Nabi adalah mentaati perintah Allah dan RasulNya (QS an-Nisa:69-70).

Hal ini ditegaskan al-Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya (I/30). Shirathal mustaqiim adalah jalan para Rasul Allah, karena semua Nabi berada pada jalan yang lurus. Allah SWT menyebut Nabi Muhammad saw sebagai salah satu di antara para Nabi yang berada di jalan yang lurus (QS Yanis : 3-4).

Nabi Ibrahim juga berada di jalan yang lurus (QS an-Nahl : 120-121). Dakwah utamanya adalah mengajak kedua orangtuanya pada jalan yang lurus (QS MAryam:42-43). Nabi Musa dan Harun juga ebrada di jalan yang lurus (QS an-Shaffat:118). Nabi Ishaq, Ya'qub, Nuh, Daud, Sulaiman, Ayub, Yusuf, Musa, Harun, Zakariya, Yahya, Ilyas, Ismail, Ilyasa', Yunus, Luth as, semuanya diberi hidayah oleh Allah SWT, berada di jalan yang lurus (QS al-An'am:84-87).

Esensi shirathal mustaqiim adalah beribadah pada Allah tanpa mempersekutukannya (QS Yasin:60-61). Nabi Isa menegaskan, jalan yang lurus adalah bertauhid pada Allah. "Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu, sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus," (QS Ali Imran:51). "Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus," (QS az-Zukhruf:64).

Nabi Muhammad, penutup para Nabi juga berada di jalan yang lurus (QS al-Hajj:67, Yasin:3), berdakwah menyeru jalan yang lurus (QS al-Mu'minun:73-74, al-An'am:153). Muhammad berdakwah menyampaikan al-Qur'an, kitab yang diturunkan Allah untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan pada cahaya yang terang benderang (QS Ibrahim:1).

Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) diingatkan tentang datangnya al-Qur'an yang menuntun mereka ke jalan yang lurus (QS al-Maa'idah:15-16). Bagi orang yang istiqamah di jalan yang lurus dengan taat pada Allah dan Rasul-Nya, Allah menjanjikan kemenangan besar (QS al-Ahzab:70-71).

Sebaliknya, Allah mengancam orang yang mengikuti selain jalan yang lurus. Mereka dimasukkan ke Neraka Jahanam sebagai tempat tinggal yang buruk (QA an-Nisa:115). Jadi, shirathal mustaqiim bukan berarti menerima Yesus sebagai tuhan, juruselamat dan masuk Kristen. Selain itu, meyakini Yesus sebagai satu-satunya jalan yang lurus, mengandung banyak kesalahan.

Pertama, Yesus bukanlah satu-satunya orang yang ebrada di jalan yang lurus, melainkan salah satu Nabi yang diberi hidayah Allah di jalan yang lurus.

Kedua, jalan lurus yang diajarkan Isa tidak menjadikannya sebagai tuhan dan juruselamat, tapi bertauhid pada Allah SWT (QS al-Maa'idah:116-118). Dalam Injil pun, Yesus menegaskan ajaran tauhid (Matius 4:10, Lukas 4:8, Markus 12:29). Ajaran trinitas yang menobatkan Yesus sebagai tuhan adalah penyimpangan atas nama Yesus. Ajaran ini ditopang oleh ayat Bibel (I Yohanes 5:7-8) yang diakui kepalsuannya oleh pakar teologi Kristen.

Ketiga, jika meneladani ajaran Isa, maka yang harus diamalkan adalah ajarannya, bukan ajaran orang lain yang membelokkan ajaran Nabi Isa.

Beberapa ajaran Nabi Isa, antara lain : berlaku khusus untuk bani Israel (QS az-Zukhruf:59, Matius 10:5-6, Matius 15:24). Mengakui kenabian Muhammad saw sebagai Nabi terakhir yang kedatangannya dinubuatkan oleh Nabi Isa (QS ash-Shaff:6, Injil Yohanes 16:7-14). Menyangkal doktrin Yesus sebagai penjelmaan Allah, karena Yesus tidak mengajarkannya (QS al-Maa'idah:116-117, Injil Yohanes 17:3), dan lainnya.

Jika ajaran Yesus ini tak ditaati oleh orang yang mengaku sebagai pengikutnya, maka mereka bukanlah pengikut Yesus, karena mereka telah mengkhianati sabda Yesus : "Kalau kalian mengasihi aku, kalian akan menjalankan perintah-perintahku," (Yohanes 14:15). (sabili)


[+/-] Selengkapnya...

Ruhul Kudus Ala Pendeta Nurdin

Saat ini, Pendeta Rudy Muhamad Nurdin sedang menyusun teori teologi berdasarkan persamaan kata "Ruhul Qudus". Misalnya, ia menyamakan doktrin trinitas, " Roh Kudus sebagai salah satu dari tiga oknum Tuhan" dengan sabda Rasul saw, "Ruhul Qudus mewahyukan ke dalam kalbuku," (al-Qur'an dan Terjemahnya, Depag, hlm 15).

Berdasarkan kata "Ruhul Qudus dan Roh Kudus", Pendeta Gereja Kristen Maranatha Indonesia (GKMI) ini menyatakan, "Ruh Ulkudus yaitu Ruh Allah sendiri adalah sama dahulu sampai sekarang," (Keselamatan di dalam Islam, hlm 55).

Selanjutnya, Pendeta yang juga dosen sebuah sekolah tinggi teologi ini, menyamakan dirinya dengan dengan Nabi Isa, Nabi Muhammad dan Lia Aminuddin. "Isa Allaihi Salam dilahirkan dengan tiupan Ruhul Kudus. Pada waktu Isa naik ke surga, kenaikan Isa Almasih, Beliau meninggalkan curahan Ruhul Kudus. Muhammad saw mendapatkan Wahyu Ruhul Kudus. R Muhammad Nurdin diurapi Wahyu Ruhul Kudus. Lia aminuddin menyampaikan permohonan dan dapat bimbingan Ruhul Kudus. Semua ini tidaklah sesat, tidaklah murtad, tetapi mendapatkan yang termulia yaitu Ruhul Kudus bekal kepastian keselamatan akhirat surga," (Kebenaran Yang Menyelamatkan, hlm 71).

Pangkal kesalahan terletak pada pemahaman. Dogma kristen menyebutkan Roh Kudus adalah salah satu tiga oknum Tuhan Trinitas. Oknum lainnya adalah Allah Bapak dan Allah Anal (Yesus). ketiga oknum Tuhan ini adalah pribadi yang sama, sehakikat dan satu zat dengan Allah.

Keyakinan ni bertolak belakang dengan ajaran Islam, yang menekankan kemurnian (keesaan Allah). Tuhan itu Esa (Ahad), tidak boleh dipersekutukan dengan lainnya. Jika ada yang mempersekutukannya ia telah syirik. Allah tidak beranak, tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan-Nya.

Ruhul Qudus yang mendampingi Nabi Isa atas perintah Allah (QS al-Baqarah:253, al-Maidah:110) dan yang mewahyukan al-Qur'an ke dalam qalbu Muhammad saw (QS an-Nahl:102) bukan oknum Tuhan Trinitas, tapi malaikat Jibril. Selain disebut Ruhul Qudus, nama lain dari malaikat Jibril adalah "Ruhul Amin" (QS al-Baqarah:30).

Jadi, Roh Kudus yang diklaim Pendeta Nurdin talah "mengurapinya", jelas bukan malaikat Jibril. Karena, akidah Nabi dengan keyakinan Nurdin bertolak belakang. Nurdin berdoa dan memohon apa pun pada Yesus, sedangkan Nabi Isa dan Muhammad saw berdoa hanya pada Allah SWT.

Berangkat dari anggapan salan ini Pendeta Nurdin menyamakan Islam dengan Pantekosta-Kharismatik, bahkan menggabungkannya menjadi agama baru bernama Islam Kharismatik. Naifnya, Nurdin juga menyimpulkan bahwa Muhammad saw adalah orang yang melahirkan aliran Pantekosta-Karismatik, berikut kutipan pengakuannya :

"Muhammad saw mendapatkan urapan Ruh Ulkudus yang didoakan oleh pendeta Waraqah bin Naufal, Pendeta Bukhaira dan istri beliau Siti Khadijah dan Nabi Muhammad mencetuskan agama Islam. Maka kesimpulan yang dapat diambil adalah kalau Islam sama dengan Pantekosta dan Kharismatik. Dan umat Pantekosta dan umat Kharismatik mengutamakan urapan Ruh Ulkudus.

Urapan Ruh Ulkudus yang sama sejak jaman dahulu kala itu, pada waktu Muhammad saw mendapatkan-Nya. Sehingga dengan penemuan analisa ini aku beragama Pantekosta Kharismatik dan juga beragama Islam. bagiku agama aliran apapun tidak menyelamtkan tetapi yang menyelamatkan adalah URAPAN RUH UL-KUDUS. Maka Muhammad saw pencetus Islam = pencetus Pantekosta = pencetus Kharismatik.

Sehingga, bagiku agama atau aliran yang kujalankan adalah Islam Kharismatik Pantekosta. Pada saat ini di banyak tempat diadakan Persekutuan Doa Bersama yaitu umat Khatolik Kharismatik, umat Protestan dan umat Pantekosta. Atau disebut Persekutuan Doa Oikumene. Dan di Persekutuan Doa ini diadakan Ibadah dengan Urapan Ruh Ulkudus," (Ayat-ayat penting di dalam al-Qur'an, hlm 76-78)



Sepanjang hidupnya, Rasul saw tak pernah mengeluarkan kata "pantekosta" atau "kharismatik". Seharusnya, pendeta Nurdin menunjukkan data yang akurat, di mana, kapan dan bagaimana pencetusan aliran Kristen Pantekosta dan Kharismatik.

Orang kristen yang cerdaspun akan tertawa. Dalam mata kuliah Sejarah Gereja yang bersumber dari berbagai literatur disebutkan, Gerakan Pantekosta (tepatnya, Pantekosta) dirintis oleh Charles H. Parham pada 1 januari 1901 di sekolah Alkitab Bethel, Topeka, Kansas(SA).

Gerakan ini mulai berkembang sejak pertemuan doa Azusa Street Mission (AZM) tahun 1906. AZM adalah kegiatan evangelis di Los Angeles yang dipimpin Pendeta Negro William J Seymour. Sejak itu, Azusa Street menjadi pusat gerakan Pantekosta di seluruh dunia.

Akhir 1960-an terjadi perkembangan. Gerakan Pantekosta tak hanya khusus hanya untuk kaum Protestan, tapi terbuka untuk orang katolik dan katolik Roma. Gerakan ini dikenal dengan nama Pantekosta Baru (Neopentacostalism) alias Gerakan Kharismatik.

Secara umum, doktrin gereja Pantekosta dan Kharismatik sama dengan doktrin Protestan lainnya, mengajarkan Trinitas. Tapi, ada perbedaan khas yang dimiliki Pantekosta dan Kharismatik. WJ Seymour mengajarkan, tiap orang kristen dapat mengalami kehadiran Roh Kudus dalam dirinya dan menerima kuasa roh itu.

Karenanya, kebaktian Pantekosta merupakan upacara yang emosional dan mistis. Jemaatnya diurapi (tepatnya dirasuki) Roh Kudus dan berbicara dalam bahasa roh atau bahasa lidah (glosolalia). Bahasa orang yang kerasukan ini tak bisa dipahami.

Inilah sepenggal kesesatan dari belasan buku Pendeta Nurdin yang isinya mengacak - acak Islam. (sabili)


[+/-] Selengkapnya...

Pencatutan Kata Allah Dalam Alkitab Indonesia

Bukanlah Alkitab/Bibel namanya kalau di dalamnya tidak mengandung berbagai bentuk kesalahan, kemustahilan, fitnah, pornografi, distorsi, kontradiksi, tambal-sulam, kesombongan, kebohongan, rasialisme, perombakan, penambahan, pengurangan, penyelewengan-sejarah, pengaburan-kisah, narasi fiktif, penyimpangan, pemalsuan, revisi-revisi, pencatutan, salah-arah, versi-versi-bervariasi, dan lain sebagainya.

Pada bagian awal ini, kita akan melihat bersama-sama tentang pencatutan kata Allah oleh para penyusun Alkitab Indonesia yang secara sengaja disalah-arahkan untuk tujuan tertentu.

Tidak bisa dibantah lagi, bahwa secara etimologis kata Allah berasal dari bahasa Arab, setidaknya telah tertulis di dalam kitab suci Al-Qur'an semenjak tahun 633 M, yaitu ketika untuk pertama kalinya kitab wahyu tersebut dibukukan oleh Zayd ibn Tsabit atas perintah Khulafaur Rasyidin I, Abu Bakar ash-Shiddiq.

Allah adalah kata dalam bahasa Arab yang berasal dari pemadatan al dan Ilah. Ia berarti Tuhan atau menyiratkan Satu Tuhan. Dengan kata lain, tidak ada tuhan selain Allah. Allah adalah nama diri Dzat Rabb Semesta Alam. Ia tidak dapat diterjemahkan dengan kata lain, misalnya, God, Tuhan, atau Gusti. Ia juga tidak dapat dijadikan terjemahan untuk bahasa manapun. Lafadz-nya dinamakan Lafzhul Jalalah.

Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya, Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar. (QS. 2:255)

Sesungguhnya Aku ini adalah
Allah, tidak ada tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS. 20:14)

Dan Dialah
Allah, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (QS. 28:70)

Katakanlah: "Dialah
Allah, Yang Mahaesa; Allah adalah tempat bergantung segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia." (QS. 112:1-4)

Allah bukanlah roh (karena roh adalah makhluk) dan bukan pula dzat yang menyerupai makhluk sebagaimana disiratkan dalam catatan Alkitab. Ia adalah Dzat yang ghaib, tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya.

(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu.
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat. (QS. 42:11)

Karenanya, Allah, mengutuk keras kepada orang-orang yang menuhankan makhluk seperti Isa al-Masih (Yesus) dan Roh Kudus (malaikat Jibril), dan menjanjikan akan memasukkan mereka ke dalam neraka Jahannam.

Sesungguhnya telah
kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Mesias anak Maria", padahal Mesias (sendiri) berkata: "Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS. 5:72-73)

Sesungguhnya orang-orang kafir, yakni
Ahli Kitab (Yahudi dan Kristen) dan Musyrik (akan masuk) ke neraka [color=red]Jahannam/color]; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS. 98:6)

Setelah membaca ulasan singkat di atas, marilah kita lihat bersama-sama bagaimana para penyusun Alkitab Indonesia secara membabi-buta dan tanpa malu-malu mencatut kata Allah untuk tujuan tertentu yang amat menyesatkan, berikut ini, antara lain (cetak biru ditambahkan):

Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan
Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. (Kejadian 1:2)

Salah-arah: Roh Allah, seharusnya: Roh Elohim.



Berfirmanlah
Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." (Kejadian: 1:26)

Salah-arah: Allah, seharusnya: Elohim.



Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika
Tuhan Allah menjadikan bumi dan langit, (Kejadian 2:4)

Salah-arah: TUHAN Allah, seharusnya: JAHWEH.



Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah. (Keluaran 3:6)

Salah-arah: Allah, seharusnya: Tuhan (Allah adalah nama Dzat, bukan istilah).



Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. (Ulangan 5:6)

Salah-arah: TUHAN, Allahmu, seharusnya: ELOHIM, Tuhanmu.



Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. (Ulangan 5:7)

Salah-arah: allah, seharusnya: tuhan (Allah adalah nama Dzat, bukan istilah).



Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku,
TUHAN Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, (Ulangan 5:8-9)

Salah-arah: TUHAN Allahmu, adalah Allah, seharusnya: ELOHIM Tuhanmu, adalah Tuhan.



Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh
TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan. (Ulangan 18:15)

Salah-arah: TUHAN, Allahmu, seharusnya: ELOHIM, Tuhanmu.



DAN LAIN SEBAGAINYA.

Tampak jelas bagaimana para penyusun Alkitab Indonesia telah salah-arah atau mungkin sengaja menempatkan kata Allah sebagai istilah untuk penyebutan Tuhan. Padahal, Allah adalah nama diri Dzat Rabb Semesta Alam yang tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa manapun dan tidak dapat dijadikan terjemahan untuk bahasa manapun! (Harap baca kembali ulasan singkat di atas!).

Lebih jauh, pengucapan Lafzhul Jalalah pada kata Allah harus diucapkan seperti ketika orang Islam menyebut Allah (lam kembar), sebaliknya, umat Kristen Indonesia mengucapkan kata Allah seperti ketika kita membaca kata alah (lam tunggal). Sudah salah-arah, tersesat pula.

Namun demikian, terlepas dari persoalan salah-arah di atas, harus dipahami, bahwa baik Elohim maupun Jahweh, keduanya pada hakikatnya merujuk pada satu Tuhan yang sama yaitu Allah. Kedua istilah Tuhan Yahudi tersebut, hanyalah memberikan identifikasi/ciri khas bagi suku-suku Israel yang turut andil dalam penyusunan kitab-kitab dalam Perjanjian Lama. Elohim adalah Tuhannya Kerajaan Israel Utara, sedangkan Jahweh adalah Tuhannya Kerajaan Israel Selatan dari suku Yehuda dan Benyamin, pada masa lampau.

Wassalaam.


[+/-] Selengkapnya...

Pembunuhan Karakter Nabi-Nabi

Kenapa kalian membunuh para utusan Allah...?
Nabi Yahya yang digambarkan oleh Bibel berpakaian kasar, seperti berikut ini:
Adapun pakaian Yahya dari pada bulu unta, dan ikat pinggangnya dari kulit, dan makannya belalang dan air madu hutan", (Matius 3:4).

Beliau adalah seorang zahid dari golongan Esenes. Gerakan pembabtisan yang dilakukannya di sungai Jordan membuatnya berhadapan dengan pihak Romawi yang sedang berkuasa. Akibat penyusupan dari sekte Yahudi Saduki dan Farisi akhirnya Yahya ditangkap dan dihukum mati. 1

Perlakuan yang diterima oleh Nabi Yahya adalah salah satu contoh kejam dari perlakuan umat kepada Nabinya. Dan hampir seluruh nabi mengalami hal yang serupa, walaupun tidak semuanva mengalami kematian ditangan para penentangnya. Namun demikian adalah suatu hal yang sangat berlebihan dan sangat kejam jika upaya pembunuhan fisik tersebut dilanjutkan dengan upaya pembunuhan karakter. Karakter para utusan Allah seringkali digambarkan dengan sangat memalukan dalam kitab Taurat (perjanjian Lama), beberapa ayat bibel dibawah ini rnungkin dapat memberikan gambaran bagaimana mereka membunuh karakter para nabi yang sekaligus menunjukkan bagaimana mereka berani menulis pelecehan atas mereka sebagai ayat-ayat suci atas nama tuhannya:

1. 1. Nuh menjadi petani; dialah yang mula-mula membuat kebun anggur Setelah ia minum anggur, mabuklah ia dan ia telanjang dalam kemahnya. (Kejadian 9:20-21).

2. Pada rnalam itu mereka rnemberi ayah mereka minum anggur, lalu masuklah yang lebih tua untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anakrrya itu tidur dan ketika ia bangun. Keesokan harinya berkatalah kakaknya kepada adiknya: "Tadi rnalam aku telah tidur dengan ayah; baiklah malam ini juga kita beri dia minurn anggur; masuklah engkau untuk tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita". (Kejadian 19: 33-34).


Yesus (Nabi Isa As.) sebagai pembawa risalah nasrani tidaklah mengalami hal yang lebih baik. Kalaupun upaya pembunuhan oleh bangsa Romawi dengan penghianatan sebagian bangsa Israel secara fisik gagal (menurut versi gereja Yesus mati ditiang salib), tapi pembunuhan karakter Yesus oleh mereka sangatlah berlebihan.

Penyebutan Yesus sebagai tuhan, menjadikannya berhadapan dengan umat monoteis sebelumnya (Yudaisme) yang berakibat terjadinya olok-olok dan pelecehan oleh orang yang tidak mengetahuinya.

Penggambaran Yesus yang seakan tidak berdaya ditiang salib dengan pakaian yang sangat minim, adalah pembunuhan karakter yang sangat kejam. Sebab Yesus yang walaupun seorang zahid tapi dia adalah seorang rasul yang juga berkiprah dalam memerangi kekejaman Romawi.

Dengan penggambaran sosok Yesus yang seperti di atas maka tidak heran jika ada film-film barat yang menjadikrn sosok Yesus sebagai sisipan lelucon dalam film-film mereka. Dalam hal ini penulis sangat kagum dengan penyikapan muslim yang tidak pernah "menggambar/melukis" sosok para nabi dan rasul yang sangat mereka hormati -termasuk nabi Isa (Yesus)-, sehingga kemungkinan adanya pelecehan sedikit mungkin dapat dihindari.

Penggambaran tentang Yesus oleh umat kristiani di atas sangatlah berlawanan dengan penggambaran yang ada di dalam kitab suci mereka. Yesus yang sedang memerangi kekejaman Romawi digambarkan sebagai seorang patriot yang berusaha menyelamatkan bangsanya (Yahudi) melawan Romawi, itulah sebabnya maka ia mengatakan :
"Jangan kamu menyangka, bahwa aku datang untuk membawa damai diatas bumi. Aku datang bukan untuk membawa damai rnelainkan pedang" (Matius 10:34).

la bahkan memerintahkan murid-muridnya untuk mempersenjatai diri;
"Tetapi sekarang bagi siapa yang memiliki dana, biarkan ia mengambilnya dan juga injilnya, dan bagi siapa yang tidak memiliki pedang, perintahkan dia menjual pakaiannya dan membelinya (Lukas 22:36).

Yesus bahkan ikut serta menyelamatkan Bait Allah yang dijaga ketat oleh pasukan Romawi pada perayaan tahunan pesta Paskah, "Di Bait Allah Yesus menemukan orang-orang yang menjual sapi, dornba dan burung dara, dan mereka melakukan perdagangan penukaran uang. Dan (dengan memakai) cemeti, dia (Yesus) meragusir rnereka semua bersama-sarna damba-domba dan sapinya, kearah dari Bait Allah, dan menghancurkan kepingan-kepingan para pedagang uang dan memporak-porandakan rneja-meja mereka. (Yahya 2:14-15).

Kalaupun penggambaran ayat di atas banyak bahasa klisenya tapi peristiwa menghadapi tentara Romawi dan penghianat dari orang-orang Yahudi adalah suatu hal yang lebih seru dari sekedar penggambaran dalam ayat tersebut.

Gambaran sosok Yesus dalam Bibel sangat berlawanan dengan penggambaran umat Kristiani seperti yang telah kita singgung di atas. Sosok yang digambarkan Bibel lebih menunjukkan seorang yang gagah clan pemberani kok dilecehkan dengan penggambaran sosok yang tidak berdaya di tiang salib dengan pakaian minim. Sosok seorang patriot tidak akan digambarkan lemah, dan sosok seorang zahid tidak mungkin digambarkan berpakaian minim. Jika Yesus yang merupakan nabi dan rasul dari umat Kristiani saja mendapatkan perlakuan seperti di atas juga nabi-nabi sebelumnya-, maka tidak heran jika nabi Muhammad Saw sebagai rasul terakhir mendapatkan perlakuan yang sama oleh mereka yang menentangnya, tapi bagi para pengikutnya segala apa yang diperbuatnya menjadi suri tauladan bagi kehidupan mereka. Sungguh suatu penyikapan yang sangat kontras.

Tradisi pembunuhan yang dilakukan gereja baik fisik maupun karakter dimulai sejak masa awalnya. Perseteruan perebutan kursi kepausan selalu ditandai dengan upaya-upaya pembunuhan baik fisik maupun karakter.

Itulah sebabnya maka umat Muslim tidak perlu heran jika orang semacam Dr. Robert Morey berani mencaci maki Rasulullah sebagai sosok yang justru akhir-akhir ini mendapatkan penghargaan dari para penulis barat, setelah mereka muak dengan segala kebohongan Gereja. Memang agak mengherankan, ketika banyak penulis barat yang menunjukkan rasa simpatinya kepada Rasulullah clan Islam dalam karya-karya mereka akhir-akhir ini, tiba-tiba tong kebencian masa lalu dibuka kembali untuk disuguhkan kepada dunia yang sudah mulai berfikir lebih waras. Adakah ini suatu keputus-asaan dari tidak digandrunginya Gereja oleh masyarakat barat sendiri?. Disisi lain pada saat yang sama ajaran Islam menusuk kejantung­jantung kebudayaan barat dengan sangat cepatnya. Dimana Islam lebih diterima oleh masyarakat ilmuan ketimbang mereka yang terbuai dengan gombalan gereja.

NOTES
1. Dr. Muhammad Ataur Rahim, Misteri Yesus dalam Sejarah, Pustaka Dai, th. 1994, hal. 61-63.


[+/-] Selengkapnya...

Mitos-Mitos Tentang Perayaan Natal Bersama

- Mitos – Mitos Tentang Perayaan Natal Bersama -

- Adian Husaini -

Sekelompok Muslim menggugat fatwa MUI tentang “haramnya seorang Muslim hadir dalam Perayaan Natal Bersama. Sikap “kebelet” agar bisa disebut toleran?.

Menjelang perayaan Hari Natal, 25 Desember, ada sebagian kalangan kaum Muslim yang kembali menggugat fatwa MUI tentang “haramnya seorang Muslim hadir dalam Perayaan Natal Bersama.” Ada yang menyatakan, bahwa yang melarang Perayaan Natal Bersama (PNB) atau yang tidak mau menghadiri PNB adalah tidak toleran, eksklusif, tidak menyadari pluralisme, tidak mau berta’aruf, dan sebagainya. Padahal orang Islam disuruh melakukan ta’aruf (QS 49:13). Banyak yang kemudian berdebat “boleh dan tinya” menghadiri PNB, tanpa menyadari, bahwa sebenarnya telah banyak diciptakan mitos-mitos seputar apa yang disebut PNB itu sendiri.

Pertama, mitos bahwa PNB adalah keharusan. Mitos ini seperti sudah begitu berurat-berakar, bahwa PNB adalah enak dan perlu. Padahal, bisa dipertanyakan, apa memang perlu diadakan PNB? Untuk apa? Jika PNB perlu, bahkan pada skala nasional dan dijadikan acara resmi kenegaraan, maka perlukah juga diadakan WB (Waisak Bersama), NB (Nyepi Bersama), IFB (Iedul Fitri Bersama), IAB (Idul Adha Bersama), MNB (Maulid Nabi Bersama), IMB (Isra’ Mi’raj Bersama), IB (Imlek Bersama). Jika semua itu dilakukan, mungkin demi alasan efisiensi dan pluralisme beragama, akan ada yang usul, sebaiknya semua umat beragama merayakan HRB (Hari Raya Bersama), yang menggabungkan hari raya semua agama menjadi satu. Di situ diperingati bersama kelahiran Tuhan Yesus, peringatan Nabi Muhammad SAW, dan kelahiran dewa-dewa tertentu, dan sebagainya.

Keharusan PNB sebenarnya adalah sebuah mitos. Jika kaum Kristen merayakan Natal, mengapa mesti melibatkan kaum agama lain? Ketika itu mereka memperingati kelahiran Tuhan Yesus, maka mengapa mesti memaksakan umat agama lain untuk mendengarkan cerita tentang Yesus dalam versi Kristen? Mengapa doktrin tentang Yesus sebagai juru selamat umat manusia itu tidak diyakini diantara pemeluk Kristen sendiri?

Di sebuah negeri Muslim terbesar di dunia, seperti Indonesia, wacana tentang perlunya PNB adalah sebuah keanehan. Kita tidak pernah mendengar bahwa kaum Kristen di AS, Inggris, Kanada, Australia, misalnya, mendiskusikan tentang perlunya dilaksanakan IFB (Idul Fitri Bersama), agar mereka disebut toleran. Bahkan, mereka tidak merasa perlu menetapkan Idul Fitri sebagai hari libur nasional. Padahal, di Inggris, Kanada, dan Australia, mereka menjadikan 26 Desember sebagai “Boxning Day” dan hari libur nasional. Selain Natal, hari Paskah diberikan libur sampai dua hari (Easter Sunday dan Esater Monday). Di Kanada dan Perancis, Hari Natal juga libur dua hari. Hari libur nasional di AS meliputi, New Year’s Day (1 Januari), Martin Luther King Jr Birthday (17 Januari), Washingotn’s Birthday (21 Februari), Memorial Day (30 Mei), Flag Day (14 Juni), Independence Day (4 Juli), Labour Day (5 September), Columbus Day (10 Oktober), Veterans Day (11 November), Thanksgiving’s Day (24 November), Christmas Day (25 Desember).

Kedua, mitos bahwa PNB membina kerukunan umat beragama. Mitos ini begitu kuat dikampanyekan, bahwa salah satu cara membina kerukunan antar umat beragama adalah dengan PNB. Dalam PNB biasanya dilakukan berbagai acara yang menegaskan keyakinan umat Kristen terhadap Yesus, bahwa Yesus adalah anak Allah yang tunggal, juru selamat umat manusia, yang wafat di kayu salib untuk menebus dosa umat manusia. Kalau mau selamat, manusia diharuskan percaya kepada doktrin itu. (Yohanes, 14:16). Satu kepercayaan yang dikritik keras oleh al-Quran. (QS 5:72-73, 157; 19:89-91, dsb).

Dalam surat Maryam disebutkan, memberikan sifat bahwa Allah punya anak, adalah satu “Kejahatan besar” (syaian iddan). Dan Allah berfirman dalam al-Quran: “Hampir-hampir langit runtuh dan bumi terbelah serta gunung-gunung hancur. Bahwasannya mereka mengklaim bahwa al-Rahman itu mempunyai anak.” (QS 19:90-91).

Prof. Hamka menyebut tradisi perayaan Hari Besar Agama Bersama semacam itu bukan menyuburkan kerukunan umat beragama atau toleransi, tetapi menyuburkan kemunafikan. Di akhir tahun 1960-an, Hamka menulis tentang usulan perlunya diadakan perayaan Natal dan Idul Fitri bersama, karena waktunya berdekatan:
“Si orang Islam diharuskan dengan penuh khusyu’ bahwa Tuhan Allah beranak, dan Yesus Kristus ialah Allah.

Sebagaimana tadi orang-orang Kristen disuruh mendengar tentang Nabi Muhammad saw dengan tenang, padahal mereka diajarkan oleh pendetanya bahwa Nabi Muhammad bukanlah nabi, melainkan penjahat. Dan al-Quran bukanlah kitab suci melainkan buku karangan Muhammad saja. Kedua belah pihak, baik orang Kristen yang disuruh tafakur mendengarkan al-Quran, atau orang Islam yang disuruh mendengarkan bahwa Tuhan Allah itu ialah saru ditambah dua sama dengan satu, semuanya disuruh mendengarkan hal-hal yang tidak mereka percayai dan tidak dapat mereka terima… Pada hakekatnya mereka itu tidak ada yang toleransi. Mereka kedua belah pihak hanya menekan perasaan, mendengarkan ucapan-ucapan yang dimuntahkan oleh telinga mereka.

Jiwa, raga, hati, sanubari, dan otak, tidak bisa menerima. Kalau keterangan orang Islam bahwa Nabi Muhammad saw adalah Nabi akhir zaman, penutup sekalian Rasul. Jiwa raga orang Kristen akan mengatakan bahwa keterangan orang Islam ini harus ditolak, sebab kalau diterima kita tidak Kristen lagi. Dalam hal kepercayaan tidak ada toleransi. Sementara sang pastor dan pendeta menerangkan bahwa dosa waris Nabi Adam, ditebus oleh Yesus Kristus di atas kayu palang, dan manusia ini dilahirkan dalam dosa, dan jalan selamat hanya percaya dan cinta dalam Yesus.” Demikian kutipan tulisan Prof. Hamka yang ia beri judul: “Toleransi, Sekulerisme, atau Sinkretisme.”

Ketiga, mitos bahwa dalam PNB orang Muslim hanya menghadiri acara non-ritual dan bukan acara ritual. Untuk menjernihkan mitos ini, maka yang perlu dikaji adalah sejarah peringatan Natal itu sendiri, dan bagaimana bisa dipisahkan antara yang ritual dan yang non-ritual. Sebab, tradisi ini tidak muncul di zaman Yesus dan tidak pernah diperintahkan oleh Yesus. Maka, bagaimana bisa ditentukan, mana yang ritual dan mana yang tidak ritual? Yang jelas-jelas tidak ritual adalah menghadirkan tokoh Santa Claus, karena ini adalah tokoh fiktif yang kehadirannya dalam peringatan Natal banyak dikritik oleh kalangan Kristen. Sebuah situs Kristen (www.sabda.org), menulis satu artikel berjudul: “Merayakan Natal dengan Sinterklas: Boleh atau Tidak?”

“Dikatakan, dalam artikelnya yang berjudul The Origin of Santa Claus and the Christian Response to Him (Asal-usul Sinterklas dan Tanggapan Orang Kristen Terhadapnya), Pastor Richard P. Bucher menjelaskan bahwa tokoh Sinterklas lebih merupakan hasil polesan cerita legenda dan mitos yang kemudian diperkuat serta dimanfaatkan pula oleh para pelaku bisnis.

Sinterklas yang kita kenal saat ini diduga berasal dari cerita kehidupan seorang pastor dari Myra yang bernama Nicholas (350M). Cerita yang beredar (tidak ditunjang oleh catatan sejarah yang bisa dipercaya) mengatakan bahwa Nicholas dikenal sebagai pastor yang melakukan banyak perbuatan baik dengan menolong orang-orang yang membutuhkan. Setelah kematiannya, dia dinobatkan sebagai "orang suci" oleh gereja Katolik, dengan nama Santo Nicholas. Nilai-nilai yang ditanamkan oleh Sinterklas sebenarnya tidak sesuai dengan ajaran iman Kristen… Akhirnya, sebagai guru Sekolah Minggu kita harus menyadari bahwa hal terpenting yang harus kita perhatikan adalah menjadikan Kristus sebagai berita utama dalam merayakan Natal -- Natal adalah Yesus.”

Mitos tentang Santa Claus ini begitu hebat pengaruhnya, sampai-sampai banyak kalangan Muslim yang bangga berpakaian ala Santa Claus.

Keempat, mitos bahwa tidak ada unsur misi Kristen dalam PNB. Melihat PNB hanya dari sisi kerukunan dan toleransi tidaklah tepat. Sebab, dalam PNB unsur misi Kristen juga perlu dijelaskan secara jujur. PNB adalah salah satu media yang baik untuk menyebarkan misi Kristen, agar umat manusia mengenal doktrin kepercayaan Kristen, bahwa dengan mempercayai Tuhan Yesus sebagai juru selamat, manusia akan selamat.

Sebab, misi Kristen adalah tugas penting dari setiap individu dan Gereja Kristen. Konsili Vatikan II (1962-1965), yang sering dikatakan membawa angin segar dalam hubungan antar umat beragama, juga mengeluarkan satu dokumen khusus tentang misi Kristen (The Decree on the Missionary Activity) yang disebut “ad gentes” (kepada bangsa-bangsa). Dalam dokumen nostra aetate, memang dikatakan, bahwa mereka menghargai kaum Muslim, yang menyembah satu Tuhan dan mengajak kaum Muslim untuk melupakan masa lalu serta melakukan kerjasama untuk memperjuangkan keadilan sosial, nilai-nilai moral, perdamaian, dan kebebasan. (“Upon the Moslems, too, the Church looks with esteem. They adore one God, living and enduring, merciful and all-powerful, Maker of heaven and earth …Although in the cause of the centuries many quarrels and hostilities have arisen between Christians and Moslems, this most sacred Synod urges alls to forget the past and to strive sincerely for mutual understanding On behalf of all mankind, let them make common cause of safeguarding and fostering social justice, moral values, peace, and freedom.”).

Tetapi, dalam ad gentes juga ditegaskan, misi Kristen harus tetap dijalankan dan semua manusia harus dibaptis. Disebutkan, bahwa Gereja telah mendapatkan tugas suci untuk menjadi “sakramen universal penyelamatan umat manusia (the universal sacrament of salvation), dan untuk memaklumkan Injil kepada seluruh manusia (to proclaim the gospel to all men). Juga ditegaskan, semuya manusia harus dikonversi kepada Tuhan Yesus, mengenal Tuhan Yesus melalui misi Kristen, dan semua manusia harus disatukan dalam Yesus dengan pembaptisan. (Therefore, all must be converted to Him, made known by the Church's preaching, and all must be incorporated into Him by baptism and into the Church which is His body).

Tentu adalah hal yang normal, bahwa kaum Kristen ingin menyebarkan agamanya, dan memandang penyebaran misi Kristen sebagai tugas suci mereka. Namun, alangkah baiknya, jika hal itu dikatakan secara terus-terang, bahwa acara-acara seperti PNB memang merupakan bagian dari penyebaran misi Kristen.

Dengan memahami hakekat Natal dan PNB, seyogyanya kaum non-Muslim menghormati fatwa Majelis Ulama Indonesia yang melarang umat Islam untuk menghadiri PNB. MUI tidak melarang kaum Kristen merayakan Natal. Fatwa itu adalah untuk internal umat Islam, dan sama sekali tidak merugikan pemeluk Kristen. Fatwa itu dimaksudkan untuk menjaga kemurnian aqidah Islam dan menghormati pemeluk Kristen dalam merayakan Hari Natal.

Fatwa itu dikeluarkan Komisi Fatwa MUI pada 7 Maret 1981, yang isinya antara lain menyatakan:

(1) Mengikuti upacara Natal bersama bagi umat Islam hukumnya haram.

(2) agar umat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah SWT, dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan Natal.

Kalangan Kristen ketika itu, melalui DGI dan MAWI, banyak mengkritik fatwa tersebut. Mereka menilai fatwa itu berlebihan dan tidak sejalan dengan semangat kerukunan umat beragama. Kalangan Kristen dari luar negeri juga banyak yang berkomentar senada. Padahal, sebenarnya aneh, jika kalangan Kristen yang meributkan fatwa ini. Lebih ajaib lagi, jika ada yang mengaku Muslim meributkan fatwa ini, karena mungkin “kebelet” merayakan Hari Natal dan ingin disebut toleran.

Kalau terpaksa harus merayakan Natal, tidaklah bijak jika harus menggugat soal hukumnya. Apalagi, kemudian, melegitimasi dengan satu atau dua ayat al-Quran yang ditafsirkan sekehendak hatinya. Untuk memahami masalah salat, tidaklah cukup hanya mengutip ayat al-Quran dalam surat al-Ma’un: “Celakalah orang-orang yang salat.” Masalah peringatan Hari Besar Agama, sudah diberi contoh dan penjelasan yang jelas oleh Rasulullah SAW, dan dicontohkan oleh para sahabat Rasul yang mulia. Sebaiknya hal ini dikaji secara ilmiah dari sudut ketentuan-ketentuan Islam. Untuk berijtihad, memutuskan mana yang halal dan mana yang haram, memerlukan kehati-hatian, dan menghindari kesembronoan. Sebab, tanggung jawab di hadapan Allah, sangatlah berat. Tidaklah cukup membaca satu ayat, lalu dikatakan, bahwa masalah ini halal atau haram.

Lain halnya, jika seseorang yang memposisikan sebagai mujtahid, tidak peduli dengan semua itu. Untuk masalah hukum-hukum seputar Hari Raya, misalnya, bisa dibaca Kitab “Iqtidha’ as-Shirat al-Mustaqim Mukhalifata Ashhabil Jahim”, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah).

Sejak awal mula, Islam sadar akan makna pluralitas. Islam hadir dengan mengakui hak hidup dan beragama bagi umat beragama lain, disaat kaum Kristen Eropa menyerukan membunuh kaum “heresy” karena berbeda agama. Karen Armstrong memuji tindakan Umar bin Khatab dalam memberikan perlindungan dan kebebasan beragama kepada kaum Kristen di Jerusalem, Beliau adalah penguasa pertama yang menaklukkan Jerusalem tanpa pengrusakan dan pembantaian manusia. Namun, Umar r.a. tidak mengajurkan kaum Muslim untuk berbondong-bondong merayakan Natal Bersama.

Peringatan Hari Raya Keagamaan, sebaiknya tetap dipertahankan sebagai hal yang eksklusif milik masing-masing umat beragama. Biar masing-masing pemeluk agama meyakini keyakinan agamanya, tanpa dipaksa untuk menjadi munafik. Masih banyak cara dan jalan untuk membangun sikap untuk saling mengenal dan bekerjasama antar umat beragama, seperti bersama-sama melawan kezaliman global yang menindas umat manusia. Dan untuk itu tidak perlu menciptakan mitos tentang seorang tokoh fiktif bernama Santa Claus untuk menjadi juru selamat manusia, khususnya anak-anak. Wallahu a’lam. (KL, Hidayatullah).


[+/-] Selengkapnya...

Menjawab Tuduhan Miring Tentang Ka'bah

Kalau ada seorang Muslim menyembah Ka'bah atau menjadikan Ka'bah sebagai sesembahannya, berarti Ia sudah murtad dan menjadi kafir. Di manapun, seorang Muslim harus menghadirkan Allah dalam hati sanubarinya.

Forum Arimatea menggelar suatu forum dialog antara teolog Muslim dan Kristiani di Gedung Kampus STEKPI, Kalibata, Jakarta Selatan, 19 Maret lalu. Hadir sebagai pembicara dalam orasi ilmiah dan dialog tersebut, antara lain: Habib Mohammad Rizieq Syihab, Lc, Ustadz Dr. Muslin Abdul Karim MA, dan Ustadz Solehan MC. Panitia penyelenggara mengatur tempat duduk peserta sedemikian rupa, di mana kelompok Nasrani duduk di bagian tengah, sedangkan kelompok Muslim ditempatkan pada sisi kiri dan kanan. Hal itu karena, mayoritas yang hadir kebanyakan dari kelompok Islam.

Yang menarik dari dialog tersebut adalah rasa kebersamaan kedua pemeluk agama (Islam-Kristen), di mana mereka sepakat untuk tidak mewarnai forum ini dengan sikap emosi atau sating menghujat satu sama lain. Peserta yang hadir, baik yang Muslim maupun Kristen / Katolik, sejak pagi hingga sore hari, duduk bersama, menjernihkan hati, akal dan pikiran untuk sama-sama mencari jalan kebenaran objektif, hakiki, dan sejati. Terlihat dari wajah yang hadir, antusiasme untuk saling mengkritisi pemahaman konsep ketuhanan dan ajaran kedua agama yang selama ini sering ditengarai menjadi salah satu pemicu konflik sosial di tataran grassroot penganut kedua agama.

Betapapun beberapa pertanyaan terdengar keras dilontarkan oleh beberapa peserta, baik Muslim maupun Kristen, terutama mengenai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, suasana persaudaraan masih tetap terjaga. Melalui dialog, pembicara maupun peserta dapat menyampaikan argumentasinya, atas dasar pendapatnya sendiri maupun referensi dari sejumlah buku yang dibacanya. Inti dari dialog tersebut, adalah mengajak peserta untuk menyembah hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, yakni Allah, yang secara jelas tercaritum di dalam kitab suci ketiga agama: Yahudi, Nasrani dan Islam, serta tidak membuat tuhan-tuhan tandingan yang memiliki kedudukan yang sama dengan kcdudukan Allah dalam kehidupan ini.

Bukankah dalam Injil, Yesus berkata: "Hukum yang terutama ialah: Dengarkanlah hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa." (Injil Markus 12:29). Atau "Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budi." (Matius 22:37). Sedangkan di dalam Al Quran jelas disebutkan, "Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadaNyasegalasesuatu..." (QS Al Ikhlas : 1-2)

Ka'bah = Berhala?


Yang menarik dari dialog ini adalah rasa ingin tahu para teolog Kristen yang besar untuk bertanya atau sekedar menguji pembicara untuk menjelaskan hal-hal yang menurutnya sangat bertentangan dan tak logis menurut konsep ketuhanan umat Nasrani. Misalnya saja, mereka mempertanyakan, kenapa umat Islam menyembah Ka'bah? Bukankah menyembah Ka'bah sama dengan menyembah batu? Atau kenapa Islam disimbolkan dengan bulan sabit? Apakah ini bentuk paganisme (keberhalaan) terhadap kebendaan? Meski ruang kebebasan berpikir dan berpendapat dalam forum ini diberikan kelonggaran, namun para penanya dari umat Nasrani tetap merasa tidak enak hati. Itulah sebabnya, mereka lebih dulu mohon maaf, bila pertanyaan yang dilontarkan dapat menyinggung perasaan umat Islam yang hadir.

Beberapa pertanyaan kritis itu dijawab oleh Habib Rizieq Syihab dengan tenang. lugas, dan tentu dengan bahasayang santun. Soai pertanyaan, kenapa Ka'bah yang dibuat dari batu dijadikan kiblat kaum Muslim" sehingga muncul tuduhan seolah-olah umat Islam menyembah batu? HabifrRizieq menjelaskan, bahwa umat Islam, kapan dan di mana pun berada, terutama saat munajat kepada Allah, makaselama hati mereka ikhlas untuk mencari Allah, tentu mereka akan mendapatkan Allah. Yang jelas, Allah tidak pernah memerintahkan kepada umat Islam ujituk menyembah Ka'bah.

"Sekali lagi, Ka'bah yang terbuat dari batu satna sekali tidak disembah oleh umat Islam. Karena itu, kalau ada seorang Muslim menyembah Ka'bah dan menjadikan Ka'bah sebagai sesembahannya, demi Allah, si Muslim tadi sudah murtad, kafir, keluar dari agamanya (Islam). Karenanya sebagai Muslim, ia harus menghadirkan Allah dalam hati sanubarinya. Jadi, sekalipun menghadap Ka'bah, dia sesungguhnya hanya menyembah Allah semata, bukan kepada Ka'bah yang terbuat dari batu," jelas Habib.

Tapi kenapa harus menghadap Ka'bah? Jawabnya sekali lagi, "karena Allah yang memerintahkan umat Islam untuk menghadap ke Ka'bah, Perludicatat, sebelum umatlslam menghadap ke Ka'bah, tidak kurang dari 16 bulan, umat Islam menghadap ke Al Baitul Maqdis, yaitu menghadap ke Masjidil Aqsa, yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Karena perintah Allah untuk menghadap Baitul Maqdis, umat Islam pun menghadap ke Baitul Maqdis. Tapi 16 bulan kemudian, umat Islam diperintahkan oleh Allah untuk berpindah arah, menghadap ke Ka'bah, Kenapa tidak ke tempat lainnya?

"Nah, inilah yang perlu diketahui," kata Habib Rizieq, "bahwa di dalam sejarah umat manusia dan para nabi, Ka'bah yang ada saat ini dan yang disaksikan oleh umat manusia seluruh dunia, tidak lain adalah satu tempat yang dulu dibangun oleh Bapak para nabi, seorang manusia yang begitu muliadan dihormati oleh pelbagai umat beragama. Beliau adala'h Khaliluilah Ibrahim a.s. Nabi Ibrahim membangun Ka'bah, karena memang diperintahkan oleh Allah. Lalu, Ka'bah dilestarikan oleh putranya Ismail a.s hingga ke zaman Nabi Muhammad SAW, Pada saat Nabi Ibrahim, Ka'bah merupakan suatu tempat yang suci, bersih dari kemusyrikan."

"Begitu roda sejarah berputar," lanjut Habib Rizieq, "kemudian muncullah orang yang menyimpangkan ajaran Nabi Ibrahim yang hanif. Akhirnya mereka meletakkan berhala-berhala di sekitar Ka'bah. SampSi tiba masanya.Jahirlah Muhammad SAW sebagai keturunan dari Ismail as, untuk mengemban tugas dari Allah: membersihkan Ka'bah dari segala berhala dan kemusyrikan. Apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW membawa hasil yang menggembirakan, di mana seluruh berhala, baikyang ada di dalam Ka'bah maupun di luar Ka'bah, bahkan yang ada di seluruh kota suci Makkah, berhasil dihancurkan. Sampai kemudian, Ka'bah kembali pada kesuciannya dari kemusyrikan, sebagaimana permulaan Ka'bah dibangun oleh Nabi Ibrahim a.s."

"Yang ingin saya tekankan, kenapa harus Ka'bah yang dipilih? Karena Ka'bah memiliki nilai historis yang luar biasa, yakni nilai historis seorang Bapak para Nabi, Ibrahim a.s yang diakui kenabiannya, kerasulannya, keutamaannya, dan keistimewaanya, baik oleh umat Yahudi maupun umat Nasrani, terlebih oleh umat Islam itu sendiri. Jadi, kenapa Ka'bah yang dipilih. Itu tak lain, karena keta'ziman wa taqriman, yaitu sebagai penghormatan yang diberikan oleh Allah SWT, terhadap hasil kerja Nabi Ibrahim dengan kedua tangan sucinya, juga dari hasil kerja Nabi Ismail yang menjaga dan melestarikan Ka'bah. Dan Allah menginginkan agar Ka'bah tetap suci, dan tetap bersih dari kemusyrikan sampai hari kiamat nanti."

Jawaban tak kalah penting tentang kenapa umat Islam diperintahkan untuk menghadap Ka'bah? Menurut Ketua Front Pembela Islam ini, "Itu, agar umat Islam setiap harinya, dan setiap detik hidupnya terus memperhatikan kelestarian Ka'bah. Tegasnya, segala waktunya, tenaga dan kemampuannya dicurahkan untuk menjaga Ka'bah, sehingga tidak lagi dikotori, dan dicampuri oleh kebatilan dan kemusyrikan. Alhamdulillah 15 abad berlalu, dari zaman Nabi Muhammad SAW, sampai saat ini, tak satu pun tangan kotor yang mengisi Ka'bah dan kota Makkah dengan berhala."

Andai Ka'bah bukan menjadi Kiblat umat Islam, apa yang terjadi? Bisa Jadi umat Islam akan kurang pengorbanan dan perhatiannya terhadap Ka'bah. "Saya bisa buktikan, dulu saat Baitul Maqdis menjadi kiblat umat Islam, maka keberadaannya selalu diperhatikan, dijaga dan dipelihara. Tapi manakala Baitul Maqdis, sudah tidak menjadi kiblat umat Islam, kenyataaan yang terjadi, perhatian umat Islam terhadap Baitul Maqdis sudah mulai berkurang. Hingga Baitul Maqdis dikuasai oleh orang lain, orang Islam sepertinya tidak punya perhatian dalam menyatukan potensi dan kekuatannya untuk membebaskan Baitul Maqdis dari intimidasi dan terror yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam,"papar Habib.

Bulan Sabit = Paganisme?


Salah satu hikmah yang bisa dipetik, kenapa umat Islam menyembah Ka'bah adalah adanya sarana edukasi luar biasa dari Allah, di mana umat Islam diajarkan untuk menyatukan visi dan misi, serta langkah perjuangan untuk menegakkan kalimat Allah setiap saat. Dalam langkah itulah, ada satu tujuan yang sama, yakni: mencari keridhaan Allah semata. Ibadah haji yang dilakukan umat Islam dengan mengelilingi Ka'bah, bukan dimaksudkan untuk menyembah Ka'bah, tapi sebagai isyarat kepada hamba-Nya, bahwa apa pun suku dan bangsanya, kedudukan dan jabatannya, umat Islam dididik untuk rela menanggalkan pakaian dan perbedaan di antara mereka, juga menanggalkan pertikaian dan permusuhan di antara sesamanya. Intinya, mereka menuju titikyang sama, yakni keridhaan Allah. Maka tidak pernah ada ritual dalam Islam yang mengajarkan umatnya untuk menyembah Kab'ah.

Adapun yang berkaitan dengan bulan Sabit, Islam seolah mengelu-elukan bulan, dan terkontaminasi dengan faham mereka yang menyembah bulan. Habib Rizieq menjelaskan lebih jauh. Pada dasarnya Islam mengajarkan umatnya utuk memuliakan seluruh makhluk ciptaan Allah, apakah matahari, bulan, bumi ataupun bintang. Jadi tidak ada yang mewajibkan umat Islam menggunakan lambang berbentuk bulan. "Buktinya, anda bisa lihat sendiri, salah satu organisasi terbesar di Indonesia, seperti Muhammdiyah lambangnya tidak menggunakan bulan, tapi matahari. Begitu juga identitas FPl yang saya pimpin, tidak menggunakan bulan, tapi bintang dan tasbih. NU pun demikian, yang dipakarbukan bulan, tapi bumi dan bintang sembilan."

Jadi tidak ada dalil yang mengkhususkan bahwa umat Islam selalu identik dengan bulan. Artinya, kalau ada masjid tanpa ada sentuhan bulan dan bintang pun tetap berfungsi sebagai masjid, "Islam sendiri, tidak terpaku dengan lambang-lambang ataupun simbol-simbol. Kalaupun diperlukan, itu hanya sebatas identitas diri, bukan tujuan untuk mengkultus, menyembah, apalagi sampai mengkontaminasi dengan pemikiran-pemikiran dan peng ajaran-pengajaran paganisme (keberhalaan)."

"Nah, kalau saja ada umat Islam menyembah bulan, demi Allah orang itu sudah mempersekutukan Allah dengan bulan. Itu artinya, orang itu sudah murtad, kafir dan keluar dari Islam," tandas Habib tegas. (Amanah)


[+/-] Selengkapnya...