Minggu, 30 Desember 2007

Pembunuhan Karakter Nabi-Nabi

Kenapa kalian membunuh para utusan Allah...?
Nabi Yahya yang digambarkan oleh Bibel berpakaian kasar, seperti berikut ini:
Adapun pakaian Yahya dari pada bulu unta, dan ikat pinggangnya dari kulit, dan makannya belalang dan air madu hutan", (Matius 3:4).

Beliau adalah seorang zahid dari golongan Esenes. Gerakan pembabtisan yang dilakukannya di sungai Jordan membuatnya berhadapan dengan pihak Romawi yang sedang berkuasa. Akibat penyusupan dari sekte Yahudi Saduki dan Farisi akhirnya Yahya ditangkap dan dihukum mati. 1

Perlakuan yang diterima oleh Nabi Yahya adalah salah satu contoh kejam dari perlakuan umat kepada Nabinya. Dan hampir seluruh nabi mengalami hal yang serupa, walaupun tidak semuanva mengalami kematian ditangan para penentangnya. Namun demikian adalah suatu hal yang sangat berlebihan dan sangat kejam jika upaya pembunuhan fisik tersebut dilanjutkan dengan upaya pembunuhan karakter. Karakter para utusan Allah seringkali digambarkan dengan sangat memalukan dalam kitab Taurat (perjanjian Lama), beberapa ayat bibel dibawah ini rnungkin dapat memberikan gambaran bagaimana mereka membunuh karakter para nabi yang sekaligus menunjukkan bagaimana mereka berani menulis pelecehan atas mereka sebagai ayat-ayat suci atas nama tuhannya:

1. 1. Nuh menjadi petani; dialah yang mula-mula membuat kebun anggur Setelah ia minum anggur, mabuklah ia dan ia telanjang dalam kemahnya. (Kejadian 9:20-21).

2. Pada rnalam itu mereka rnemberi ayah mereka minum anggur, lalu masuklah yang lebih tua untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anakrrya itu tidur dan ketika ia bangun. Keesokan harinya berkatalah kakaknya kepada adiknya: "Tadi rnalam aku telah tidur dengan ayah; baiklah malam ini juga kita beri dia minurn anggur; masuklah engkau untuk tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita". (Kejadian 19: 33-34).


Yesus (Nabi Isa As.) sebagai pembawa risalah nasrani tidaklah mengalami hal yang lebih baik. Kalaupun upaya pembunuhan oleh bangsa Romawi dengan penghianatan sebagian bangsa Israel secara fisik gagal (menurut versi gereja Yesus mati ditiang salib), tapi pembunuhan karakter Yesus oleh mereka sangatlah berlebihan.

Penyebutan Yesus sebagai tuhan, menjadikannya berhadapan dengan umat monoteis sebelumnya (Yudaisme) yang berakibat terjadinya olok-olok dan pelecehan oleh orang yang tidak mengetahuinya.

Penggambaran Yesus yang seakan tidak berdaya ditiang salib dengan pakaian yang sangat minim, adalah pembunuhan karakter yang sangat kejam. Sebab Yesus yang walaupun seorang zahid tapi dia adalah seorang rasul yang juga berkiprah dalam memerangi kekejaman Romawi.

Dengan penggambaran sosok Yesus yang seperti di atas maka tidak heran jika ada film-film barat yang menjadikrn sosok Yesus sebagai sisipan lelucon dalam film-film mereka. Dalam hal ini penulis sangat kagum dengan penyikapan muslim yang tidak pernah "menggambar/melukis" sosok para nabi dan rasul yang sangat mereka hormati -termasuk nabi Isa (Yesus)-, sehingga kemungkinan adanya pelecehan sedikit mungkin dapat dihindari.

Penggambaran tentang Yesus oleh umat kristiani di atas sangatlah berlawanan dengan penggambaran yang ada di dalam kitab suci mereka. Yesus yang sedang memerangi kekejaman Romawi digambarkan sebagai seorang patriot yang berusaha menyelamatkan bangsanya (Yahudi) melawan Romawi, itulah sebabnya maka ia mengatakan :
"Jangan kamu menyangka, bahwa aku datang untuk membawa damai diatas bumi. Aku datang bukan untuk membawa damai rnelainkan pedang" (Matius 10:34).

la bahkan memerintahkan murid-muridnya untuk mempersenjatai diri;
"Tetapi sekarang bagi siapa yang memiliki dana, biarkan ia mengambilnya dan juga injilnya, dan bagi siapa yang tidak memiliki pedang, perintahkan dia menjual pakaiannya dan membelinya (Lukas 22:36).

Yesus bahkan ikut serta menyelamatkan Bait Allah yang dijaga ketat oleh pasukan Romawi pada perayaan tahunan pesta Paskah, "Di Bait Allah Yesus menemukan orang-orang yang menjual sapi, dornba dan burung dara, dan mereka melakukan perdagangan penukaran uang. Dan (dengan memakai) cemeti, dia (Yesus) meragusir rnereka semua bersama-sarna damba-domba dan sapinya, kearah dari Bait Allah, dan menghancurkan kepingan-kepingan para pedagang uang dan memporak-porandakan rneja-meja mereka. (Yahya 2:14-15).

Kalaupun penggambaran ayat di atas banyak bahasa klisenya tapi peristiwa menghadapi tentara Romawi dan penghianat dari orang-orang Yahudi adalah suatu hal yang lebih seru dari sekedar penggambaran dalam ayat tersebut.

Gambaran sosok Yesus dalam Bibel sangat berlawanan dengan penggambaran umat Kristiani seperti yang telah kita singgung di atas. Sosok yang digambarkan Bibel lebih menunjukkan seorang yang gagah clan pemberani kok dilecehkan dengan penggambaran sosok yang tidak berdaya di tiang salib dengan pakaian minim. Sosok seorang patriot tidak akan digambarkan lemah, dan sosok seorang zahid tidak mungkin digambarkan berpakaian minim. Jika Yesus yang merupakan nabi dan rasul dari umat Kristiani saja mendapatkan perlakuan seperti di atas juga nabi-nabi sebelumnya-, maka tidak heran jika nabi Muhammad Saw sebagai rasul terakhir mendapatkan perlakuan yang sama oleh mereka yang menentangnya, tapi bagi para pengikutnya segala apa yang diperbuatnya menjadi suri tauladan bagi kehidupan mereka. Sungguh suatu penyikapan yang sangat kontras.

Tradisi pembunuhan yang dilakukan gereja baik fisik maupun karakter dimulai sejak masa awalnya. Perseteruan perebutan kursi kepausan selalu ditandai dengan upaya-upaya pembunuhan baik fisik maupun karakter.

Itulah sebabnya maka umat Muslim tidak perlu heran jika orang semacam Dr. Robert Morey berani mencaci maki Rasulullah sebagai sosok yang justru akhir-akhir ini mendapatkan penghargaan dari para penulis barat, setelah mereka muak dengan segala kebohongan Gereja. Memang agak mengherankan, ketika banyak penulis barat yang menunjukkan rasa simpatinya kepada Rasulullah clan Islam dalam karya-karya mereka akhir-akhir ini, tiba-tiba tong kebencian masa lalu dibuka kembali untuk disuguhkan kepada dunia yang sudah mulai berfikir lebih waras. Adakah ini suatu keputus-asaan dari tidak digandrunginya Gereja oleh masyarakat barat sendiri?. Disisi lain pada saat yang sama ajaran Islam menusuk kejantung­jantung kebudayaan barat dengan sangat cepatnya. Dimana Islam lebih diterima oleh masyarakat ilmuan ketimbang mereka yang terbuai dengan gombalan gereja.

NOTES
1. Dr. Muhammad Ataur Rahim, Misteri Yesus dalam Sejarah, Pustaka Dai, th. 1994, hal. 61-63.


Tidak ada komentar: