Minggu, 30 Desember 2007

Ucapan Selamat Natal Tidak Logis

KETIKA seorang muslim tidak mengucapkan “Selamat Natal” kepada kawannya yang beragama Kristen, sikapnya itu lebih dibentuk oleh alasan logis semata, bukan ideologis. Karena, Natal, Maulid, jarig, atau birthday, kalau toh mau disampaikan sebagai ucapan, harus langsung disampaikan kepada yang bersangkutan.

Bila yang berulang tahun si Budi, bukan pada tempatnya kita mengucapkan “selamat ulang tahun” kepada pacar si Budi, adik si Budi, atau tetangga si Budi. Bahkan, pada peringatan Maulid Nabi Muhammad, tidak diperlukan ucapan selamat kepada umat Islam dari umat lainnya. Dan, pada kenyataannya, memang tidak pernah terjadi, seseorang dari agama lain mengucapkan “Selamat Maulid Nabi Muhammad” kepada kawannya yang beragama Islam.

Masih masuk akal bila disampaikan ucapan “Selamat Lebaran” atau “Selamat Idul Fitri” kepada seseorang yang baru saja menyelesaikan ibadah puasa. Karena, setelah sebulan penuh “memerangi hawa nafsu” dan kemudian “menang” di hari Lebaran, ia mendapat ucapan selamat dari sesama muslim atau umat lainnya. Walaupun, ucapan itu pun sebenarnya tidak begitu signifikan.

Di hari Lebaran atau Idul Fitri, ucapan yang sepatutnya disampaikan di antara sesama muslim, adalah “Taqobballahu Minna wa Minkum”, yang artinya “Semoga Allah menerima amal ibadah (puasa) kita”. Makna ucapan itu pada hakikatnya menyampaikan harapan kepada Allah agar ibadah puasa yang dijalankannya itu diterima sebagai perbuatan yang bernilai. Bukan pujian atau sanjungan.

Oleh karena itu, bagi Anda penganut Kristen (Protestan maupun Katolik), bila menjumpai kawan Anda yang beragama Islam namun tidak mengucapkan “Selamat Natal” kepada Anda, jangan berprasangka negatif dulu. Sebab, kemungkinan besar ia sedang menggunakan haknya untuk berpikir dan bertindak secara logis. Bukankah agama diturunkan ke muka bumi untuk mereka yang berakal?

Rusli Hasan, Jakarta.


1 komentar:

efyd efriyaldi mengatakan...

sungguh pendapat yang logis, untuk mengomentari agama yang penuh dogma